Slamat datang di blog saya pada kali ini saya memberikan makalah tentang "TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN TEKNIK PENGUKURAN DATA, semoga bermanfaat ^_^ "
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu
kegiatan penelitian tentulah bertujuan untuk mendapatkan hasil yang kongkrit
dan pasti. Hasil-hasil yang di dapat oleh seorang peneliti dalam meneliti suatu
masalah di dapat dari suatu proses pengumpulan data. Banyak cara yang dilakukan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data
yang akurat, dan dapat sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan
atau dibuat oleh peneliti.
Setiap
penelitian pasti berbeda-beda, dan didasari dari perbedaan-perbedaan penelitian
inilah muncul berbagai cara dalam pengumpulan data. Menurut Susetyo dalam
bukunya Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Tindakan Kelas, Instrumen sebagai
alat pengumpulan data harus betul-betul dirancang dan dibuat sebaik-baiknya
sehingga menghasilkan data yang empiris.
Maka,
dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai teknik pengumpulan data.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana teknik pengumpulan data?
2.
apa saja teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data?
3.
Bagaimana teknik pengukuran data!
4.
Apa saja instrument dalam pengukuran data?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Memahami teknik pengumpulan
data
2.
Mengetahui teknik-teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data
3.
Memahami teknik pengukuran data
4.
Mengetahui instrument dalam pengukuran data
BAB II
PEMBAHASAN
1. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara, angket, observasi, dan studi documenter.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk
teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan
dalam pertemuan tatap muka secara individual . Adalakanya juga wawancara dengan
suatu keluarga, pengurus yayasan, Pembina pramuka, dll. Wawancara yang
ditujukkan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.
Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti
menyiapkan instrument wawancara yang disebut pedoman wawancara (interview
guide). Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan bias mencakup data,
fakta, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden
berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam
penelitian. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bias sangat memberikan jawaban
atau penjelasan. Pertanyaan atau pernyataan dalam perdoman wawancara juga bias
berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pernyataan
atau pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga
jawaban atau penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan.
Untuk tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan tersebut bisa
sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau
pendek-pendek, bahkan membentuk instrument berbentuk ceklis.
Dalam persiapan wawancara selain penyusunan
pedoman, yang sangat penting adalah membina hubungan baik (rapport)
dengan responden. Keterbukaan responden untuk memberikan jawaban atau respon
secara objektif sangat ditentukan oleh hubungan baik yang tercipta antara
pewawanca ra dengan responden. Sebelum mulai berwawancara, pewawancara harus
membina persahabatan, keakraban dengan responden, menumbuhkan apresiasi dan
kepercayaan responden kepada pewawancara. Selama berlangsungnya proses wawancara hal-hal diatas
harus tetap dipelihara. Rusaknya kepercayaan dan hubungan baik dengan responden
dapat mengakibatkan kegagalan wawancara. Kegagalan wawancara dalam arti
pewawancara tidak mendapatkan data seperti yang diharapkan, baik objektivitas
maupun kelengkapannya.
Hal penting lain yang perlu
mendapatkan perhatian serius dari pewawancara adalah perekaman atau pencatatan
data. Kalau situasi memungkinkan dalam arti ada kesediaan responden untuk
direkam, tersedia alat perekam yang baik, situasi dan kondisi lingkunan yang
mendukung, jawaban-jawaban responden dapat direkam dengan menggunakan perekam
elektronik, supaya digunakan alat perekam yang baik, dan proses perekaman tidak
mengganggu situasi wawancara. Bila perekaman tidak memungkinkan pencatan
tertulis perlu dilakukan dengan seksama.
Sebelum wawancara
dilaksanakan sebaiknya disiapkan alat pencatat yang mencukupi. Alat pencatat
dapat bersatu dengan pertanyaan dan pernyataan disusun dalam suatu format,
ataupun dibuat terpisah. Alat pencatat yang bersatu dengan daftar pertanyaan
dapat memudahkan dalam pengisian, karna berada pada lembar yang sama, tetapi
lebih boros karena setiap responden membutuhkan satu perangkat
pertanyaan-pencatatan. Alat pencatat yang terpisah agak sulit dalam pengisian,
tetapi dapat menghemat bahan atau biaya.
Dalam pembuatan catatan
hasil wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari responden yang
berlangsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainnya
baik yang dinyatakan secara verbal maupun non verbal.
Pewawancara dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik maka dibutuhkan pedoman :
1.
Pewawancara
harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya khas bahasa yang menarik,
tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden,
2.
Pergunakan
bahasa responden agar tidak dianggap seperti orang asing,
3.
Ciptakan
suasana psikologis agar situasi cair, saling percaya,
4.
Suasana
wawancara harus santai,
5.
Wawancara
dimuali dari pertanyaan yang mudah, karena awalnya biasanya responden akan
nampak tegang,
6.
Keadaan
responden harus diperhatikan, apabila belum siap atau karena sedang terkena
musibah maka wawancara sebaiknya ditunda.
b. Angket
Angket atau kuesioner
(questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung
bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab
atau direspon oleh responden. Sama dengan pedoman wawancara, bentuk pertanyaan
bisa bermacam-macam, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan
pertanyaan tertutup.
Pada angket dengan
pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan pokok
yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. Tidak
ada anak pertanyaan atau rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban
atau respon. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon
sesuai persepsinya. Pada angket berstruktur, disamping ada pertanyaan pokok
atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan atau subpertanyaan. Dalam
angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki
alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden
tidak bisa memberikan jawaban atau respon kecuali yang
tersedia sebagai alternative jawaban.
Dalam penyusunan angket perlu diperhatikan beberapa
hal.
Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan
ada pengatar dan petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan atau
pernyataan dirumuskan secara jelas, menggunakan kata-kata yang lazim digunakan
(populer), kalimat tidak terlalu panjang dan tidak beranak cucu. Dalam
butir-butir pertanyaan atau pernyataan tertutup sebaiknya hanya berisi atau
pesan (message) sederhana, sedangkan dalam perntaan atau pernyataan terbuka
berisi satu pesan kompleks atau lebih dari satu pesan yang tidak terlalu
kompleks. Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan
berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari
responden secukupnya. Untuk pertanyaan atau pernyataan tertutup telah
disediakan alternatif hanya berisi satu pesan sederhana. Jawaban atau respon
dari responden dapat langsung diberikan pada alternatif jawaban, atau
menggunakan lembar jawaban khusus bersatu atau terpisah dari lembar pertanyaan
atau pernyataan.
Keuntungan teknik pengumpulan data dengan
cara angket adalah relatif murah, tidak membutuhkan banyak tenaga, dapat di
ulang.
Sedangkan kerugiannya adalah jawaban tidak
spontan, banyak terjadi non respon, pertanyaan harus jelas dan disertai dengan
petunjuk yang jelas, Jawaban sering tidak lengkap terutama bila pertanyaan
kurang dimengerti responden, sering tidak di isi oleh responden, tetapi di isi
oleh orang lain, tidak dapat digunakan oleh responden yang buta huruf. Hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kerugian ini antara lain lakukan kunjungan dan
dilakukan wawancara pada nonrespon, jawaban yang terlambat harus dikeluarkan
dan tidak dianalisis, apabila tejadi non
respon terlalu banyak dapat diulang.
c.
Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bias berkenaan dengan cara
guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan,
personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan
secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif
(participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam
observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut
serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam
kegiatan.
Kedua jenis observasi ini ada kelebihan dan ada
kekurangannya. Kelebihan observasi partisipatif adalah individu-individu yang
diamati tidak tahu bahwa mereka sedang diobservasi sehingga situasi dalam
kegiatan akan berjalan lebih wajar. Kelemahan observasi partisipatif, pengamat
harus melakukan dua kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
di samping melakukan pengamatan. Dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menuntut
peran aktif semua anggota/ perserta hal itu bukan sesuatu yang mudah.
Observasi nonpartisipatif, pengamat dapat lebih
terfokus dan seksama melakukan pengamatan, tetapi karena peserta tahu kehadiran
pengamat sedang melakukan pengamatan, maka perilaku atau kegiatan
individu-individu yang diamati menjadi kurang wajar atau dibuat-buat.
Seperti halnya dalam wawancara, peneliti melakukan
pengamatan, sebaiknya peneliti atau pengamat menyiapkan pedoman berupa
garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang akan dikembangkan di
lapangan dalam proses pelaksanaan observasi.
d. Studi Dokumenter (documentary study)
Studi
dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar maupun
elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai),
dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang
sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan
menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah
dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap
dokumen-dokumen tersebut.
Metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode
ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya
masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda
hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti
memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila
terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda
check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat
bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat menggunakan
kalimat bebas.
2.
TEKNIK PENGUKURAN DATA
Teknik pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument
standar atatu telah distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran
yang berbentuk angka-angka. Secara
garis lebih rinci perbedaan antara instrument pengumpulan data (nontes) dengan instrument
pengukuran (tes) dapat dilihat dalam table berikut.
Perbedaan Karakteristik
Instrumen Tes Dengan Non Tes
INSTRUMEN TES
(Besifat Mengukur)
|
INSTRUMEN NONTES
(Bersifat Menghimpun)
|
1.
Bersifat mengukur,
2.
Ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval atau
rasio,
3.
Perlu standarisasi instrument (pengujian validitas empiris, reliabilitas,
analisisbutir soal),
4.
Digunakan dalam penelitian
kuantitatif: eksperimental, korelasional, komparartif, dan sejenisnya.
|
1.
Bersifat menghimpun
2.
Ada hasil penghimpunan berupa data naratif atau data angka nominal,
3.
Tidak perlu standarisasi instrument, cukup dengan validitas isi dan
konstruk.
4.
Digunakan dalam penelitian kualitatif, kuantitatif, deskriptif,
survai, expost facto, penelitian tindakan.
|
Instrument yang bersifat mengukur secara umum dapat
dibedakan dalam dua macam, yaitu: tes dan skala.
a.
Tes
Tes umunya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk
tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi
deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga
mirip interpretasi dari hasil pengukuran. Tes
yang digunakan dalam pendidikan bias dibedakan antara tes hasil belajar
(achievement tests) dan tes psikologis (psychological tests).
Ø Tes hasil belajar
Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes
prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun
waktu tertentu. Menurut waktunya dibedakan dalam rentang : satu pertemuan (tes
akhir pertemuan), satu pokok bahasa (tes akhir pokok bahasan), satu minggu (tes
mingguan), setengah catur wulan/semester (tes tengah cawu/tengah semester),
satu cawu atau satu semester (tes akhir cawu/tes akhir semester), satu jenjang
pendidikan (tes atau ujian akhir pendidikan). Tes hasil belajar juga dibedakan
menurut materi yang diukur, sesuai dengan nama-nama mata pelajaran atau bidang
studi yang dipelajari, seperti tes matematika, kimia, biologi, bahasa, sejarah,
geografi, dll.
Menurut tujuan dan fungsinya
tes hasil belajar ini juga dibedakan antara tes diagnostic, penempatan,
formatif dan sumantif. Tes diaknostik ditujukan untuk mengukur/ mendiagnosis
kelemahan atau kekurangan siswa yang digunakan untuk memberikan perbaikan. Tes penempatan
mengukur penguasaan atau keunggulan siswa, digunakan untuk menempatkan siswa
sesuai dengan tingkat penguasaan atau keunggulannya. Tes formatif mengukur
tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antarteman kelas sekelas maupun
dalam penguasaan target materi. Hasil tes formatif digunakan untuk perbaikan
program atau proses pembelajaran. Tes sumatif ditunjukkan untuk mengukur
penguasaan siswa pada akhir periode pendidikan, akhir cawu, semester atau
tahun, dan digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam periode
waktu tersebut.
Ø
Tes Pisokologis
Tes psikologis digunakan
untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi
dari para siswa. Individu termasuk para siswa dan mahasiswa memiliki
kecapakapan (ability). Kecakapan ini dibedakan anatara kecakapan potensial atau
kapasitas (capacity) dan kecapakan nyata (achievement). Kecakapan potensial
merupakan suatu kecakapan yang dimiliki individu dari kelahirannya, atau
disebut juga kecakapan bawaan. Kecakapan ini masih bersifat potensial, bakal
atau kemungkinan dan dikembangkan menjadi kecakapan yang sudah dikuasai, sudah
bisa dinyatakan, dilakukan sekarang dan dikembangkan/ berkembang dari kecakapan
potensial.
Kecakapan potensial atau
kapasitas biasa dibedakan dalam dua kategori, yaitu kecakapan potensial umum (general potensial ability) atau disebut
juga kecerdasan atau intelegensi (intelligence),
dan kecakapan potensial khusus (special potensial ability) atau bakat (aptitude).
Dewasa ini berkembang konsep multi kecerdasan (multiple intelligence) yang maknanya hampir sama dengan bakat. Bakat
sendiri ada dua macam, yaitu bakat sekolah (scholastic
aptitude), seperti bakat dalam matematika, fisika, bahasa, sejarah, dll. Dan
bakat pekerjaaan (vocational aptitude) seperti bakat dalam peranian, teknik,
perdangan, guru, kesehatan, dll.
Untuk mengukur kecapakan
potensial baik umum maupun khusus digunakan tes standar (standardized test). Tes
ini disebut tes standar karena sudah distandarisasikan melalui kegiatan uji
coba. Standarisasi tes minimal meliputi pengujian validitas, reliabilitas dan
analisis butir soal yang mencakup analisis daya pembeda dan tingkat kesukaran
tes .
Tes hasil belajar umumnya
dikelompokkan sebagai tes buatan guru (teacher made tests), atau tes yang tidak
distandarisasikan (non standardized test).
b. Skala
Skala merupaka teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur,
karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Skala berbeda dengan
tes, kalauy tes ada jawaban salah atau benar, sedang skala tidak ada jawaban
salah-benar, tetapi jawaban atau respon responden terletak dalam satu rentang
(skala). Titik pada rentang yang dipilih menunjukkan posisi responden. Ada beberapa
macam skala, yaitu skala : deskriptif, garis, pilihan wajib, pebandingan pasangan
dan daftar cek.
Skala deskriptif (decriptive rating scale) mengikuti
bentuk skala sikap dari libert, berupa pertanyaan atau pernyataan atau yang
jawaban berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan atau
pernyataan. Penerimaan atau penolakan dinyatakan dalam persetujuan, yang
dimulai dari sangkat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju samapi sang tidak
setuju.
Contoh skala deskriptif : sikap terhadap belajar
1.
Belajar
menentukan keberhasilan masa depan kita SS S R TS STS
2.
Saya
berusaha belajar meskipun sedang sakit SS S R TS STS
3.
Belajar
menguras banyak energy SS S R TS STS
Model skala deskriptif dari likert seringkali juga
digunakan untuk mengetahui atau mengukur segi lain yang bukan sikap. Sejalan dengan
aspek yang diukurnya, maka deskripsi responnya juga disesuaikan contoh berikut.
Contoh skala deskriptif : kegiatan belajar kelompok
1.
Kesungguhan
belajar BS B C K KS
2.
Kemampuan
menyatakan pendapat BS B C K KS
3.
Kemampuan
menganalisis masalah BS B C K KS
Ø
Skala garis
Skala garis (graphic rating scale) hampir sama dengan
skala deskriptif, respon dari responden tidak dalam bentuk persetujuan, tetapi
bisa bervariasi sesuai dengan rumusan pertanyaan atau pernyataan. Respon juga
tidak perlu seragam seperti dalam skala garis, bisa berbeda-beda sesuai rumusan
pertanyaan atau pernyataan.
Contoh Skala Garis
1)
Perencanaan
pembelajaran sangat lengkap lengkap
kurang lengkap tidak lengkap
2)
Sistematika
penyampaian bahan sangat sistematik
lengkap kurang sistematik tidak
sistematik
Ø
Skala pilihan wajib
Skala pilihan wajib (force choice) biasanya digunakan untuk mengukur minat. Skala ini
berbentuk pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternative jawaban atau respon
yang berkenaan dengan minat, minat bekerja, belajar, dsb. Alternatif jawaban harus ganjil, biasanya tiga atau
lima pilihan atau option.
Contoh :
Dalam
perjalanan :
a.
Saya
lebih senang memperhatikan pemandangan alam
b.
Saya
lebih senang memperhatikan orang-orang yang sedang bekerja
c.
Saya
lebih senang memperhatikan bangunan-bangunan perumahan kantor
Ø
Skala perbandingan pasangan
Skala perbandingan pasangan (paired comparison) juga
biasanya digunakan untuk mengukur persepsi, penilaian atau minat terhadap suatu
objek yang berbentuk kegiatan, instituis, organisasi, benda kesenian,
kebudayaan, dsb.
Contoh skala perbandingan pasangan
a, Sepak bola b. bola
basket
a, Sepak bola b. bola
voli
a, Sepak bola b. soft ball
a, Bola basket b. bola
voli
a, Bola basket b. soft
ball
Ø
Daftar cek (checklist)
Bentuk skala yang berisi sejumlah pernyataan singkat
yang harus direspon dengan membubuhkan tanda cek. Penggunaan daftar cek sangat
luas bias mengukur pendapat, persepsi, kegiatan, kebiasaan, pengalaman, juga
untuk pengidentifikasi sesuatu.
Contoh daftar cek masalah yang dihadapi siswa
1.
Mudah
lelah
2.
Mudah
pusing kepala
3.
Tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar
4.
Tidak
ada semangat belajar
5.
Mudah
bosan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik-teknik dalam teknik pengumpulan data : teknik wawancara, teknik
observasi, teknik angket, dan teknik studi dokumenter (documentary study).
Teknik-teknik dalam pengukuran data diantaranya tes:
tes hasil belajar, tes pisokologis, skala: skala garis, skala pilihan wajib,
skala perbandingan pasangan, daftar cek (checklist).
Dengan teknik
pengumpulan dan pengkuran data peneliti dapat,
diantaranya :
(1)
Menjawab problematika
(2)
Mencapai tujuannya
(3)
Membuktikan hipotesisnya
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata.
(2010). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Artikel terkait :
EmoticonEmoticon