A. Pengertian Pengomposan dan Kompos
Pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi (Isroi. 2008). Bahan organik tersebut dimanfaatkan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi dalam proses pengomposan.
Pengelolaan sampah menjadi kompos dalat dilakukan pada sumbernya,
misalnya mengolah sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau
Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik)
yang telah mengalami pelapukan karena ada interaksi antara
mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan Baku
kompos dapat berupa sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah pasar,
dan juga kotoran ternak.
Dibawah ini ada beberapa jenis kompos:
Kompos Organik Jerami |
Kompos Organik Daun-daunan |
Kompos Organik Kotoran Hewan |
a. Mikroorganisme yagn berperan dalam pengomposan
Mikroorganisme
yang terlibat dalam pengomposan adalah dari kelompok bakteri dan jamur.
Bakteri berperan pada tahap awal pengomposan, sedangkan jamur bekerja
pada tahap akhir. Bakteri mengurai bahan organik dengan mengeluarkan ekskret dan mengonsumsi bahan yang telah terurai tersebut. Sedangkan jamur memiliki hifa yang dapat masuk ke dalam bahan organik seperti lignin dan selulosa, dan menguraikannya secara kimiawi maupun fisik, hifa jamur menghancurkan bahan organik menjadi bagian kecil dan menjadi lapuk.
b. Proses Pengomposan
Proses pengomposan adalah proses perubahan yang terjadi dari bahan organik menjadi humus yang siap pakai sebagai pupuk bagi tanaman. Proses pengomposan dapat terjadi secara ilmiah dan buatan. Secara alami pengomposan berlangsung lama dan lambat. Sebaliknya, secara buatan kita dapat mengatur dan mengontrol proses pengomposan lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, membei air cukup, mengatur aerasi, dan menambah aktivator pengomposan.
Pengomposan
dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen). Proses pengomposan secara sederhana terdiri atas
dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.
Selama
tahap-tahap awal proses, suhu, pH tumpukkan kompos akan meningkat
dengan cepat. suhu akan meningkat hingga diatas 50 derjat - 70 derjat
Celcius. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. mikroba yang
aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik. yaitu mikroba yang
aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/ penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air
dan panas. Setelah sebagaian besar bahan telah terurai, suhu
berangsur-angsur mengalami penurunan.
c. Tahapan Pengomposan
1) Pemilahan Sampah
Pada
tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan
teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang
dihasilkan.
2) Pengecilan Ukuran
Pengecilan
ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah
dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
3) Penyusunan Kompos
a) Bahan Organik yang telah melewati tahapan pemilahan dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
b) Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi - 2m x 12m x 1,75m.
c) Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4) Pembalikan
Pembalikan
dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan , memasukkan udara segar
ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan disetiap bagian
tumpukan, meratakan pemberian air, serta membatu penghancuran bahan
menjadi partikel kecil-kecil.
5) Penyiraman
a) Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering(kelembaban kurang dari 50%).
b) Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
c)
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jikaa sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukkan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6) Pematangan
a) Setelah pengomposan berjalan 30-40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
b) Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna cokelat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7) Penyaringan
a)
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
b)
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru,
sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8) Pengemasan dan Penyimpanan
a) Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
b)
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan.
Kriteria Kompos yang baik diantaranya:
a) Berwarna cokelat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.
b) Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi.
c) Nisbah C/N sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat unfikasinya.
d) Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.
e) Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau
d. Manfaat Kompos
Menurut Isroi (2008) manfaat kompos dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1) Aspek Ekonomi:a) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
b) Mengurangi volume/ ukuran limbah
c) Memiliki nilai jual yang tinggi dari pada bahan sampah dasarnya.
2) Aspek Lingkungan:
a) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
b) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
3) Aspek bagi tanah/ tanaman:
a) Meningkatkan kesuburan tanah
b) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
c) Meningkatkan kapasitas serap air tanah
d) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e) Meningkatkan retensi/ ketersediaan hara di dalam tanah.
2 comments
saya juga pernah coba membuat pupuk organik ini... lumayan sob, apa lagi di kampung pasti banyak yang beli...
Iya mas, pupuk organik selain ramah lingkungan juga muda diproses dan banyak manfaatnya.
EmoticonEmoticon