Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi kepada teman2 tentang artikel bahasa Inggris yakni tentang Teks Deskripsi atau Descriptive text objek wisata Ngarai Sianok berikut penjelasannya.
Ngarai Sianok
Ngarai Sianok sumber http://hufadhilla.blogspot.com |
Sianok Canyon is a steep valley (ravine) located on the border of the city of Bukittinggi, in the sub-district IV of Koto, Agam Regency, West Sumatra. The valley is elongated and winding as the city boundary line from the south of the Koto Gadang canyon to the Sianok Anam Suku nagari, and ends in the Palupuh sub-district. Sianok canyon has a very beautiful landscape and is also one of the provincial mainstay attractions.
The Sianok canyon, which is about 100 m in length, stretches for 15 km with a width of about 200 m, and is part of the fault that separates the island of Sumatra into two elongated parts (Semangko fault). This fault forms a steep wall, even perpendicular and forms a green valley — the result of the downward movement of the earth's crust (sinklinal) —which is flowed by Batang Sianok (stem means river, in Minangkabau language) whose water is clear. In the Dutch colonial era, this chasm was also called carbouwengat or buffalo sanget, because of the many wild buffalo that lived freely at the base of this canyon.
Terjemahan:
Ngarai Sianok
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi salah satu objek wisata andalan provinsi.
Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
Referensi : wikipedia.com
8 comments
EmoticonEmoticon