A. Pengertian
Tari Galombang
Tari galombang adalah salah satu tari tradisional
Minangkabau yang hampir dimiliki oleh setiap daerah. Tarian ini selalu
ditampilkan pada upacara penyambutan tetamu yang dihormati seperti Ketua adat
atau Penghulu, Guru Silat, dan Penganten.
B. Bentuk Tarian Galombang
Dalam bentuk dua baris berbanjar ke belakang, tarian aslinya ditarikan
oleh puluhan lelaki, ada yang bentuknya menghadap kepada tetamu satu arah
sahaja, dan ada pula yang dua arah. Istilah dalam tari ini pun bermacam-macam
pula, seperti bagalombang (menarikan galombang), galombang duo baleh Tari yang
ditarikan 12 orang), galombang manyongsong (dalam bentuk satu arah) , dan
galombang balawanan (dalam bentuk dua arah dari pihak tuan rumah dan dari pihak
tetamu). Di Kota Padang tari galombang dua arah ini masih dikekalkan dalam
penobatan Penghulu atau ketua adat di Koto Tangah.
Merujuk pada tajuk tarian ini di mana kata-kata galombang diambil
daripada alam iaitu air laut yang bergelombang. Pergerakan tarian yang berawal
dari aktiviti silat tersebut tercipta dari bentuk variasi gerak yang bentuknya
seperti gelombang laut.Kemudian dengan mempergunakan olahan ritma, ruang, dan
tenaga, maka terbentuklah pergerakan tari yang indah. Pergerakan yang
terstruktur dengan indah dalam pelbagai tempo dinamik itu, terkadang dilakukan
secara perlahan mengalun lembut, terkadang dalam tempo yang energik, cepat,
kuat, dan tajam. Pergerakan seperti melukis garis di udara dalam bentuk lurus,
bersiku, melengkung dalam volume besar, sedang, dan kecil.Dipadukan pula dengan
aras tinggi, rendah, kuat, lemah, dan sebagainya.
Pergerakan silat yang digunakan sebagai asas tari galombang sangat
terlihat padasikap kaki dan tangan, yang disebut dengan kudo-kudo, gelek,
siku-siku, ambek, tapuak.Sedangkan pergerakan kaki dikenal dengan langkah duo
dan langkah tigo, dan langkah ampek. Asas-asas pergerakan silat yang ditarikan
oleh banyak penari lelaki dengan pola lantai dua baris berbanjar ke belakang
menghasilkan tarian yang indah. Keindahannya jelas terlihat jika semua penari
serempak bergerak tinggi kemudian merendah, sambil maju dan mundur dengan
perlahan, seperti gelombang air laut.
C. Tujuan
Tari Galombang
MID Jamal (1982:21) menjelaskan pula bahwa “tari Galombang suatu tari tradisional
yang berfungsi sebagai tari upacara yang di Minangkabau disebut tari adat”.
Tari adat ini bertujuan untuk menyongsong tetamu yang dihormati.
Galombang artinya ombak yang bergulung-gulung menuju pantai. Kata kiasan
galombang yang diberikan untuk sebutan suatu tari tersebut berhubungan dengan
peristiwa penyambutan tamu dengan tarian tradisi Minangkabau, bahwa tamu-tamu
yang datang disambut secara bergelombang atau beruntun dan teratur sampai
menuju ke tempat duduknya. Tetamu dibawa dengan tarian Galombang sampai ke tempat
duduknya, seumpama sebuah sampan atau sekoci dibawa gelombang ke pantai dengan
sukacitanya. Pepatah adat mengatakan “samo naiek jo galombang, samo turun jo
sipocong”. Maksudnya, tamutamu yang datang itu sederajat dengan orang-orang
yang menanti. Kesamaaan derajat ini dibuktikan bahwa di dalam kehidupan ibarat
menempuh gelombang, ada naik turunnya.Naiknya seperti gelombang kelihatan
indah, turunnya seperti sipocong, sipocong kiasan daripada buih yang terlihat
sesudah ombak menghempas di pantai hilang ditelan pasir.
Navis (1986) pernah pula menulis bahwa tari Galombang lebih merupakan
tarian upacara daripada permainan atau tontonan, yang dihidangkan pada upacara
penobatan Penghulu. Pamerannya terdiri dari puluhan laki-laki yang terbagi dua
kumpulan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang tuo yang memberikan aba-aba.
Setiap kelompok diiringi dengan bunyi-bunyian telempong dan puput batang tadi.
Keduanya, merupakan pasukan pengawal iaitu pengawal rombongan tamu utama dan
lainnya pengawal tuan rumah yang mengadakan jamuan. Rombongan tetamu, baik yang
membawa marapulai maupun penghulu, datang ketempat penjamuan dengan didahului
penari Galombang yang melangkah dengan langkah permain pencak yang disebut
langkah empat. Setiap hendak membuat langkah maju, mereka bertepuk dengan
aba-aba pimpinannya yang berada di depan, bagaikan dua pasukan pendekar silat
yang hendak bertempur. Gerakan mereka mengembang lepas dengan tangan yang
terbuka serta jari yang melentik. Gerakan badan merendah ketika melangkah kaki
lebar-lebar, lalu meninggi dengan mengangkat sebelah kaki hampir setinggi lutut
seperti alunan gelombang.
Alat bunyian talempong mengiringi di belakang. Semua gerakan tidak
menyesuaikan diri dengan irama bunyi-bunyian, melainkan tergantung pada aba-aba
yang membuat improvisasi berdasarkan rasa keindahan. Kira-kira lima puluh meter
dari tempat acara, tetamu dinanti oleh kumpulan penari dari pihak tuan rumah.
Dalam jarak kira-kira sepuluh meter ke hadapan, penari tuan rumah membuat
gerakan mundur. Sedangkan penari daripada pihak tetamu terus maju. Bezanya
dengan pencak, kedua kumpulan tidak melakukan gerakan menyerang atau menangkis.
Gerakan mereka terutama seperti gerakan pemain pencak dan situasi
intai-mengintai langkah lawan. Tepat pada pintu gerbang, janang yang menjadi
pemimpin upacara tampil ke tengah dengan langkah dan gerakan pencak seolah-olah
melerai perkelahian. Semua penari melakukan gerakan mundur sampai tamu utama
yang dikawalnya berada di depan mereka. Selesai itu peranan dipegang pemuka
yang dituakan oleh kedua belah pihak. Dan tarian gelombang pun selesai. Dalam
upacara penobatan penghulu tersebut dapat dijelaskan bahawa tari Galombang
merupakan bahagian yang penting dan sangat mempunyai fungsi dan peranan.
Pendapat Navis (1984: 244) yang mengkategorikan tari galombang ke dalam jenis
tari upacara sangat tepat, kerana ditampilkan pada penobatan penghulu (kepala
suku) dan majlis perkawinan yang ditarikan oleh puluhan lelaki dalam bentuk dua
arah atau berlawanan tetapi tidak terjadi pertarungan.
D. Perkembangan
Tari Galombang
Di Koto Tangah terdapat pula tari galombang yang sama dengan yang dideskripsikan
oleh Navis di atas, namun tari galombang di Koto Tangah hanya diperuntukkan
untuk penghulu sahaja. Fungsi tari Galombang dalam upacara adat penobatan
penghulu sebagai berikut:
1. Galombang hanya ditampilkan untuk penghulu
pucuk sahaja iaitu penghulu yang terpilih sebagai ketua dari segala penghulu di
nagari tersebut. Jika galombang ditarikan maka masyarakat akan mengetahui
bahawa tamu yang datang adalah Penghulu Pucuk. Maka dapat diambil kesimpulan
bahawa tari Galombang merupakan tari kebesaran Penghulu.
2. Galombang sebagai kehormatan, masyarakat Koto
Tangah Padang yang sangat menghormati penghulunya, tampa pamrih apa-apa penari
meninggalkan pekerjaannya demi menyambut penghulu dengan tarian galombang.
Masyarakat merasa jika tari galombang tidak ditampilkan ketika penghulu datang
pada suatu upacara adat, maka mereka akan mendapat bencana. Menari bagi penari
galombang adalah sebuah pengakuan untuk menghormati dan meningkatkan derajat
seorang pemghulu dan nagari mereka.
3. Galombang sebagai kekuatan nagari, dengan
menggunakan pisau, dan kedua kumpulan penari dari tempat yang sama. Dengan
menampilkan pergerakan berupa silat, maka merupakan kebanggaan bagi nagari tersebut
bahwa mereka mempunyai anak muda yang dapat membela kampung mereka. Bentuk
pencak silat tidak lagi dalam hakekat silat adanya ancang-ancang, kudo-kudo,
langkah duo, langkah tigo dengan kudo-kudo yang berkesan tangkas, tetapi hanya
sebagai memperancak "pencak" atau memperindah tari galombang di mana
pada mula pencak silat merupakan identity tarian galombang yang disebut dengan
silek galombang.
4. Silek galombang mempunyai hakekat yang sakti
iaitu: pertama untuk memagar tamu yang dihormati agar tidak dimudarati oleh
orang lain, kedua untuk mengalihkan pikiran tamu jika ia berniat jahat (Bahar
Tanjung: Wawancara 17-2-2007). Dengan memperlihatkan bunga-bunga silat maka
para tetamu akan tertipu, fikirannya yang jahat menjadi lenyap kerana
menyaksikan pergerakan-pergerakan yang indah yang dilakukan oleh para
pesilat/penari.
Pada setiap penampilan tari Galombang tradisional harus ada sirih
lengkap yang akan disuguhkan kepada tetamu. Tujuan sirih yang lengkap dengan
pinang dan kapur sirih, menurut adat menunjukkan basa-basi atau sopan santun
kepada tetamu seperti para ketua adat, pejabat pemerintah, atau tamu agung
lainnya. Tari galombang tradisional ini adalah terkategiroi pada art by
destination, iaitu seni yang merupakan produk masyarakat tempatan yang
berfungsi bagi masyarakat tersebut
.
Tari Galombang Kreasi dan Potensinya Industri
Pelancongan
Tari galombang yang sering dipersembahkan bagi menyambut pelancong
adalah tari galombang kreasi. Pergerakannya jauh berbeza dengan galombang asli.
Tarian tersebut dominan ditarikan oleh perempuan. Pergerakannya tidak berkesan
maskulin lagi seperti pergerakan silat namun lebih disesuaikan untuk ditarikan
oleh perempuan. Persembahan tari galombang kreasi ini penarinya lebih
didominasi oleh perempuan.
Meskipun ada beberapa penari
lelaki sebagai pembuka dalam bentuk silat tetapi hanya sebagai intro sahaja di
awal tarian. Kadang kala penari laki-laki sebanyak 2 orang atau 4 orang sahaja
yang berdiri paling hadapan mempragakan pergerakan silat sebagai pembuka tarian,
selepas itu pergerakan tarian dilakukan oleh perempuan hingga tarian selesai.
Perempuan menjadi icon yang sangat penting dalam persembahan tarian galombang
tersebut. Pengalaman penulis ketika memegang entertainment/kumpulan Tari
Jurusan sendratasik UNP (tahun 2000 - 2004). Jika orang meminta tari galombang
untuk suatu majlis selalu menanyakan: apakah penarinya cantik-cantik? Memuaskan
konsumen tari Galombang adalah pekerjaan yang harus dilakukan, supaya order
selalu berdatangan, motivasinya adalah uang. Menurut Damsar (2006:34) uang
bukan sekedar ekspresi simbolik dari aspek-aspek kehidupan, tetapi uang juga
merupakan ekspresi simbolik dari aspek kehidupan lainnya seperti sosial,
budaya, politik dan agama.
Tari galombang kreasi yang didominasi oleh perempuan yang cantik-cantik
dengan pakaian-pakaian adat yang serba keemasan ini juga seringkali digunakan
untuk penyambutan pelancongan. Dalam kehidupan masyarakat galombang sangat
besar maknanya, apalagi dalam upacara perkahwinan, galombang merupakan simbol kepada
tingkatan sosial masyarakat.
Kehadiran tari galombang dalam suatu majelis perkahwinan akan lebih
dinilai sebagai harga diri dan gengsi sosial. Kemampuan masyarakat kota dalam
meresap seni secara artistik adalah yang berhubungan dengan teks seni, glamour,
molek dan cantik untuk ukuran penari. Disinilah peran koreografer dalam
berkreasi sangat ditentukan oleh permintaan seni persembahan. Semakin artistik
karya seni tari yang ditampilkan maka semakin laris dan muncul kreasi-kreasi
yang berorientasi pada selera penikmat atau pemesan. Hal ini juga sangat
dipengaruhi oleh keberadaan industri pelancongan, dimana ketika terjadi kontak
antara masyarakat tempatan dengan industri pelancongan maka seniman akan
mencipta seni persembahan yang terkategori kepada art acculturation.
E. Tahap-tahap
Tari Galombang
Di sebuah gedung bersiap penari galombang yang terdiri dari 5 kumpulan, kumpulan
pesilat 4 orang lelaki, kumpulan penari galombang 10 orang, 4 orang kumpulan
penari jamba, 4 orang penari piring, dan 3 orang penghantar sekapur sirih. Kemudian
tetamu sampai , bersamaan MC (pengacara) mengucapkan pantun yang berbunyi:
Bungo
cimpago jo bungo rampai
(Bunga cempaka dan bunga rampai)
Hiyasan
sanggua bidodari
(hiyasan sanggul bidadari)
Jauah
bajalan kini lah sampai (
jauh berjalan kinilah sampai)
Bapak
lah tibo ditampek kami (bapak
sudah sampai di tempat kami)
Dietong
kilek jo piobang
(dihitung kilat dan piobang (sejenis binatang),
Bundo
kanduang alah malenggang
(bunda kandung sudah melenggang),
Disonsong
silek jo galombang
(dijemput dengan tari galombang),
Tando
rang Minang baralek gadang
(tanda orang Minangkabau pesta besar)
Musik gendang dan tasa diiringi bunyi talempong dan tiupan sarunai
bersamaan dengan gerakan penari galombang. Empat orang penari laki-laki dengan
barisan 2 berbaris ke belakang, serempak bergerak pencak yakni meneriakkan
ap... sambil bertepuk, melakukan gerak langkah satu, langkah duo, dan langkah
tigo, sambil melangkah ke depan, berputar, disertai gerak tangan menyiku dan
menusuk, kemudian melakukan beberapa variasi gerak silat seperti menyerang,
menangkis, menyepak dan menerjang, yang diakhiri dengan sambah hormat kepada
kedua tetamu. Gerak yang berkesan tangkas, gesit, dan tajam tersebut lebih
mengutamakan keindahan gerak tarian dari pada mengekspresi silat Minangkabau
yang aslinya. Di belakang menyusul 10 orang penari wanita, masih dalam pola
lantai 2 berbanjar, dengan lembut merentang kedua lengan ke samping dan
perlahan-lahan bergerak ditempat dengan gerak tanang dan simpie. b
Dengan serentak mereka bergerak maju dengan gerak anak main, lapieh
jarami. dan lenggang karaie. Di belakang penari itu menyusul pula 4 orang
penari wanita yang memegang dulang yang disebut jamba. Dengan lemah gemulai
sambil tersenyum penari tersebut terus menari ke depan hingga akhirnya mereka
berada pada barisan paling depan pas di depan penganten. Jamba digerakkan ke
atas dan ke bawah, ke kiri ke kanan seperti melukis setengah bulatan di udara.
Di belakang penari jamba terlihat pula 4 orang penari piring dengan pergerakan
yang dinamik dan lincah, harmoni sekali dengan pergerakan penari jamba dan
barisan galombang yang bergerak lemah gemalai.
Di barisan paling belakang dengan perlahan-lahan terus berjalan tiga
orang wanita memakai pakaian adat yang lengkap, salah satunya memegang carano
berisikan sekapur sirih yang akan disuguhkan kepada tetamu. Tarian yang telah
dideskripsikan di atas adalah tari galombang kreasi yang didominasi oleh penari
wanita. Tarian seperti itu telah mentradisi pula berkembang di tengah masyarakat
terutama di kota Padang dan selalu digunakan untuk penyambutan tamu. Tidak
hanya untuk menyambut pelancong, namun juga dipersembahkan untuk menyambut
penganten pada majelis perkahwinan.
Bagi acara tertentu di kalangan pejabat pemerintah tari galombang selalu
digunakan untuk menyambut camat hingga Presiden, para pengusaha dan para
wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat khususnya di Kota Padang.
Koreografinya sudah tertata secara profesional, sehingga dapat memberikan
sajian estetis kepada tamu dan merupakan kebanggaan pula bagi yang punya acara
jika dapat menjemput tari galombang untuk disajikan kepada tamunya. Semakin
bervariasi koreografi tari galombang yang ditarikan dalam sebuah pesta, semakin
tinggi pula kebanggaan atau “gengsi” seseorang atau semakin tinggi nilai
penghormatan kepada tetamu.
Pada awalnya gerak-gerak yang terdapat pada tari Galombang bersumber
dari pergerakan pencak silat iaitu kreasi dari pelbagai jenis silat
Minangkabau. Pergerakan tersebut terdiri dari langkah duo, langkah tigo, dan
langkah ampek. Pergerakan silat tersebut divariasikan dengan pergerakan tangan
dan liukan badan (gelek) dan pelbagai kreativiti sehingga menjadi sebuah
tarian. Bentuk tari galombang tersebut terdapat di Setiap kenegarian di
Sumatera Barat dengan pelbagai versi, tergantung kepada jenis silat apa yang
terkenal di nagari itu. Para penari yang cantik-cantik itu tampil dengan
pakaian adat Minangkabau yang
penataan
busananya hampir sama dengan pakaian penganten (anak daro) dengan sunting dan
baju penuh manik-manik. Koreografi tari galombang dari segi desain gerak, pola
lantai, musik, busana, dan tata rias pun memunculkan bentuk-bentuk yang
bervariasi pula. Tari Minangkabau yang didominasi oleh penari remaja berwajah
cantik ini disebut Sal Murgiyanto dengan istilah Tari Minang Molek (Nerosti:
2000). Tari galombang Minang Molek yang ditarikan oleh banyak wanita dengan
busana keemasan tersebut sangat diminati oleh masyarakat kota. Dalam
perkembangan seni persembahan, ia dapat merefleksi ajaran-ajaran tentang tari
yang telah didapati. Lewat refleksi ini diharapkan ia dapat pula mencipta
sesuatu yang baru, karena ada perubahan baik pandangan maupun kedudukannya.
Kesimpulan
(1) Tari galombang pada upacara penghulu sebagai
simbol status sosial adat yang kuat adalah art by destination .
(2) Berlakunya akulturasi sebagai impak daripada berkembangnya
industri pelancongan merupakan potensi yang menjayakan tari galombang terus
menerus berfungsi di tengah masyarakat Minangkabau yang juga sedang berubah.
(3) Tari Galombang sangat potensi dalam industri
pelancongan, art by metamorfosis,
yang mengalami perkembangan koreografi, merupakan faktor profesional yang
ditandai dengan kreativiti seorang koreografer yang dengan arif menyesuaikan
dengan perubahan dan kondisi.
(4) Perubahan itu ditandai dengan perubahan ikon
lelaki menjadi ikon perempuan adalah suatu kemajuan yang sangat erat
hubungannya dengan intelektual, sosial budaya dan gaya hidup (status sosial)
masyarakat Minangkabau di kota Padang.
2 comments
EmoticonEmoticon