Bahaya yang diakibatkan menggunakan bahan peledak dan racun sianida untuk menangkap ikan di laut.
Cairan
sianida yang digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar, biasanya berupa
larutan pekat yang dapat mematikan sejumlah organisme yang hidup di terumbu
karang, termasuk ikan-ikan kecil, invertebrata yang bergerak, dan yang paling
parah, racun sianida juga mematikan karang keras.
Penggunaan bahan peledak dan racun sianida oleh nelayan atau orang yang tidak bertanggung jawab sangat merugikan bagi biota laut seperti ikan dan terumbu karang. Selain itu dampak yang ditimbulkan tidak tanggung-tanggung merusak kehidupan dalam laut, namun tahukah kita menggunakan bahan peledak dan racun sianida juga sangat berbahaya bagi manusia yang mengkonsumsinya? berikut ini dijelaskan dampak Bahan Peledak dan Racun Sianida bagi kehidupan laut dan manusia.
1. Bahaya Penggunaan Bahan Peledak untuk Menangkap Ikan
a. Awal penangkapan ikan menggunakan bahan peledak
Awalnya,
penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak diperkenalkan di Indonesia
pada masa perang dunia ke dua. Penangkapan ikan dengan cara ini sangat banyak
digunakan, sehingga sering dianggap sebagai cara penangkapan ikan
“tradisional”. Pengeboman ikan pada mulanya menggunakan bahan peledak komersial
berkembang dan cenderung membuat bahan peledak sendiri dengan menggunakan pupuk
kimia, setiap bom beratnya kurang lebih 1 kg dan ledakannya membunuh ikan dalam
radius 15 – 20 meter, terumbu seluas 500
m2 dan menciptakan lubang di terumbu dengan diameter 3-4 meter, dan pengebom
mencari ikan yang hidup berkelompok (ikan bibir tebal, kerapu, ekor kuning,
kakap tua dan surgeon) yang menjadi sasaran utamanya (Asbar, 2009).
b. Cara penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan
Meskipun
peledak yang digunakan berubah dari waktu ke waktu hingga yang paling sederhana
yaitu dengan menggunakan minyak tanah dan pupuk kimia dalam botol, cara
penangkapan yang merusak ini pada dasarnya sama saja. Para penangkap ikan
mencari gerombol ikan yang terlihat dan didekati dengan perahunya. Dengan jarak
sekitar 5 meter, peledak yang umumnya memiliki berat sekitar satu kilogram ini
dilemparkan ke tengah tengah gerombol ikan tersebut. Setelah meledak, para
nelayan tersebut memasuki wilayah perairan untuk mengumpulkan ikan yang mati
atau terkejut karena gelombang yang dihasilkan ledakan dengan menyelam langsung
atau dengan menggunakan kompresor. Ledakan tersebut dapat mematikan ikan yang
berada dalam 10 hingga 20 m radius peledak dan dapat menciptakan lubang sekitar
satu hingga dua meter pada terumbu karang tempat ikan tersebut tinggal dan
berkembang biak
c. Target Ikan yang di tangkap menggunakan bahan peledak
Para
penangkap ikan menggunakan cara peledakan, biasanya mencari ikan yang
hidupnya bergerombol. Ikan-ikan karang yang berukuran besar seperti bibir tebal
dan kerapu yang biasa hidup di bawah terumbu karang menjadi sasaran utamanya.
Ikan ekor kuning hidup di sepanjang tubir, atau ikan kakaktua dan kelompok ikan
surgeonfish, juga menjadi sasaran peledakan. Karena besarnya gelombang ledakan,
terkadang ikan yang ada di tepi perairan terbuka pun sering menjadi sasaran.
Ikan-ikan tersebut antara lain ikan mackerel dan ikan sarden
d. Kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan peledak
Terumbu
karang yang terkena peledakkan secara terus menerus, seringkali tinggal
puing-puing belaka. Terumbu karang dalam yang rusak ini sulit sekali untuk
dipulihkan, karena kondisinya yang berupa puing dan tidak stabil, di atas
substrat seperti ini larva karang sulit untuk tumbuh dan berkembang biak (lihat
Buku Panduan Mengenai Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Lainnya).
Selain itu, terumbu karang mati ini tidak lagi menarik bagi ikan dewasa yang
berpindah dan mencari tempat tinggal untuk membesarkan anakan ikannya, sehingga
menurunkan potensi perikanan di masa datang. Selain itu, peledakan terumbu
karang juga menyebabkan banyaknya ikan dan organisme yang hidup dalam komunitas
terumbu karang tersebut, yang bukan merupakan sasaran penangkap ikan, turut
mati.
e. Daerah Indonesia yang banyak menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan
Penangkapan
ikan dengan peledak seperti ini merupakan tindakan yang melanggar hukum dan
lebih banyak dijumpai di wilayah Indonesia timur. Hal ini karena populasi
manusia yang lebih rendah menyebabkan berkurangnya peluang untuk tertangkap
oleh patroli polisi lebih kecil. Selain itu, di perairan wilayah barat
Indonesia menunjukkan ketersediaan ikan yang telah sangat berkurang, sehingga
menangkap ikan dengan menggunakan peledak tidak lagi menguntungkan (Pet-Soede
dan Erdmann).
2. Bahaya Penggunaan Bahan Kimia Sianida untuk Menangkap Ikan
a. Mengapa banyak yang menggunakan racun Sianida untuk menangkap ikan?
Penggunaan
racun sianida (sodium sianida) yang dilarutkan dalam air laut banyak
digunakan untuk menangkap ikan atau organisme yang hidup di terumbu karang
dalam keadaan hidup. Racun sianida yang sering disebut sebagai “bius” biasanya
merupakan cara favorit untuk menangkap ikan hias, ikan karang yang dimakan
(seperti keluarga kerapu dan Napoleon wrasse), dan udang karang (Panulirus
spp.)
b. Cara penggunaan bahan kimia Sianida untuk menangkap ikan
Pada
dasarnya, penangkapan ikan seperti ini melibatkan penyelam langsung atau
menggunakan kompresor yang membawa botol berisi cairan sianida dan kemudian disemprotkan
ke ikan sasaran untuk mengejutkannya. Dalam jumlah yang memadai, racun ini
membuat ikan atau organisme lain yang menjadi sasaran “terbius” sehingga para
penangkap ikan dengan mudah mengumpulkan ikan yang pingsan tersebut.
Seringkali, ikan dan udang karang yang menjadi target lalu bersembunyi di dalam
terumbu, dan para penangkap ikan ini membongkar terumbu karang untuk menangkap
ikan tersebut.
c. Seberapa besar bahaya yang ditimbulkan menggunakan bahan kimia Sianida?
Cairan
sianida yang digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar, biasanya berupa
larutan pekat yang dapat mematikan sejumlah organisme yang hidup di terumbu
karang, termasuk ikan-ikan kecil, invertebrata yang bergerak, dan yang paling
parah, racun sianida juga mematikan karang keras.
Racun
sianida, bukan saja mencemari ekosistem terumbu karang yang dapat mematikan
organisme yang tidak menjadi sasaran. Terumbu karang dapat rusak karena
dibongkar oleh para penangkap ikan untuk mengambil ikan yang terbius tersebut
di rongga-rongga di dalam terumbu. Selain itu, dalam jangka waktu yang lama,
ekosistem yang terkena racun sianida yang terus menerus dapat memberikan dampak
buruk bagi ikan dan organisme lain dalam komunitas terumbu karang, juga bagi
manusia.
3. Dampak Negatif yang Diakibatkan Oleh Bahan Peledak dan Racun Sianida
bagi Manusia dan Kehidupan Laut
Penangkapan
ikan yang bersifat merusak (destruktif fishing) merupakan segala bentuk upaya
penangkapan ikan yang membawa dampak negatif bagi populasi biota, dan ekosistem
pesisir laut. Jenis penangkapannya dengan menggunakan racun sianida, potassium
dan racun tumbuhan. Selain itu menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak
(bom), adapun dampak yang ditimbulkan oleh bahan peledak dan racun sianida yaitu :
A. Dampak terhadap manusia
- Bukan hanya ikan-ikan yang mati, tapi juga racun yang ditimbulkan bisa berdampak pada manusia itu sendiri.
- Ikan yang ditangkap dengan sianida itu biasanya cepat busuk, sehingga sangat mudah dibedakan antara ikan hasil tangkapan yang normal. Bahkan ikan tersebut tidak bisa diekspor lantaran negara-negara luar tidak bisa membelinya. Apalagi kalau sudah mengandung racun atau zat kimia.
- Jika pemakaian sianida dapat mengakibatkan membunuh alga Zoxanthellae yang penting bagi pertumbuhan polip karang. Dimana Sianida terakumulasi dalam karang dan membawa dampak jangka panjang, dan penyelam dapat terbunuh akibat keracunan.
- Dunia internasional mulai mengecam dan mengancam akan memboikot akan ekspor ikan dari negara yang penangkapannya tergolong masih merusak lingkungan perlu diwaspadai.
- Penggunaan bahan berbahaya dapat mengakibatkan rusaknya dan pencemaran bagi lingkungan perairan, sampai dapat merusak jazad renik dan ikan yang masih kecil maupun bibit ikan. Sehingga akan memunahkan jenis-jenis ikan tertentu di dunia perikanan.
- Lingkungan tempatnya menangkap ikan akan rusak bahkan ekosistem terumbu karang yang ada di dalamnya juga ikut rusak. Menurut Supriharyono (2007) terumbu karang Indonesia telah banyak yang rusak, dari luas terumbu karang sekitar 50.000 km2 yang ada hanya tinggal 6,48 % kondisinya masih sangat baik, 22,53 % baik, 28,39 % rusak, dan 42,59 % rusak berat.
- Sianida mampu membunuh seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya (terkena) lantaran zat kimia ini memiliki kandungan yang mematikan. Oleh karena itu, wajar saja kalau pemerintah melarang keras penggunaan bahan kimia ini.
- Sianida bukan saja ikannya yang dimatikan, tapi juga telurnya ikut mati alias tidak bisa menetas sehingga akan menimbulkan kepunahan.
Oleh karena itu cintailah, jagalah dan lestarikan laut kita, jika laut kita bebas dari bahan peledak dan racun sianida serta alat-alat yang dapat menghancurkan kehidupan laut. Jika laut dan terumbu karang alami dan lestari maka ikan pun akan banyak berkembang biak dan dapat meningkatkan penghasilan nelayan.
3 comments
Sangat membantu ☺
EmoticonEmoticon