BAB I
PENDAHULUAN
Batu Batikam adalah
salah satu benda cagar budaya bersejarah di Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum,
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Batu ini memiliki sejarah yang
berhubungan dengan Datuak Parpatiah nan Sabatang dengan Datuak Katumangguang
tentang sistem demokrasi. Di dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang
batu batikam.
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Apa itu batu batikam?
2.
Bagaimana bentuk batu batikam?
3.
Kenapa batu tersebut bisa berlubang?
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan pengertian batu batikam.
2.
Menjelaskan bentuk batu batikam
3.
Menjelaskan penyebab batu tersebut bisa
berlubang
BAB II
KAJIAN TEORI
Batu Batikam adalah
salah satu benda cagar budaya bersejarah di Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum,
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Jika diartikan kedalam Bahasa
Indonesia, Batu Batikam berarti batu yang tertusuk. Menurut sejarah, lubang
atau tusukan yang ada di tengah batu itu merupakan bekas dari tusukan keris
Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Luas situs cagar budaya Batu Batikam adalah
1.800 meter persegi, dulu berfungsi sebagai medan nan bapaneh atau tempat
bermusyawarah kepala suku. Susunan batu disekeliling batu batikam seperti
sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar. Pada bagian tengah
terdapat batu batikam dari bahan batuan Andesit. Batu ini berukuran 55 x 20 x
40 sentimeter, dengan bentuk hampir segi tiga. Prasasti Batu Batikam menjadi
salah satu bukti keberadaan Kerajaan Minangkabau di zaman Neolitikum. Batu
batikam merupakan batu tertusuk yang melambangkan pentingnya perdamaian dan
musyawarah-mufakat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 Batu Batikam sumber foto sumbartoday.com
Datuak Parpatiah Nan
Sabatang dan Datuak Katumanggungan adalah dua orang saudara yang berlainan
bapak. Datuak Parpatiah Nan Sabatang adalah seorang sosok yang dilahirkan dari
seorang bapak yang memiliki darah aristokrat (cerdik pandai), sementara Datuak
Katumanggungan adalah sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang otokrat
(raja-berpunya). Tetapi kedua di antara mereka lahir dari seorang rahim ibu
yang sama, dimana seorang wanita biasa seperti lainnya. Datuak Parpatiah
menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang demokratis, atau dalam
tatanannya, "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi". Namun Datuak
Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang hierarki
"berjenjang sama naik, bertangga sama turun". Dan karena perbedaan
tersebut mereka berdua bertengkar hebat. Untuk menghindari pertikaian dan tidak
saling melukai, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan kemudian menikam
batu tersebut dengan keris sebagai pelampiasan emosinya. Maka dari itu Batu
Batikam memiliki sebuah lubang yang menembus dari arah sisi depan dan belakang.
Meskipun terkesan
menyeramkan, namun Batu Batikam menjadi salah satu lokasi wisata yang masih
menarik minat wisatawan. Selain memiliki keunikan yag membuat wisatawan
penasaran, batu ini juga dinilai mengandung unsur pelajaran, pengetahuan dan
hikmah tentang pentingnya perdamaian.
Hingga saat ini,
pendapat yang berbeda antara Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk
Katumanggungan masih terlihat dari adanya dua keselaran di Minangkabau, yakni
keselarasan Koto Pilang, yang mencerminkan sistem kekuasaan ala Datuk
Katumanggungan dan keselarasan Bodi Chaniago yang merupakan perwujudan sistem
pemeirntah ala Datuk Parpatih Nan Sabatang.
Kenapa Batu ini
dinamakan Batu Batikam? disebut Batu Batikam atau Batu Tertusuk adalah karena
adanya bekas tusukan pada bagian batu tersebut. Secara logika, hal ini mungkin
sulit diterima oleh akal mengingat batu adalah sebuah benda yang sangat keras
sehingga tidak mungkin untuk ditusuk dan menyisakan sebuah lobang yang tembus.
Menurut cerita yang
diyakini masyarakat setempat, Batu Batikam merupakan bekas tusukan keris milik
Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang menjadikan batu batikam sebagai simbol
perdamaian antar pemimpin yang berkuasa pada masa itu.
Cerita lain menyatakan
bahwa peninggalan sejarah ini dahulu kala merupakan suatu tempat musyawarah
para kepala suku. Hal lain yang menambah keunikan Batu Batikam adalah adanya
sebuah pohon beringin yang sangat besar di sekitar kawasan tersebut. Selain
itu, lubang pada batu batikam ini dapat disentuh dan dilihat langsung oleh
pengunjung.
Selain
Batu Batikam di lokasi tersebut juga terdapat Medan Nan Bapaneh. Medan nan
bapaneh berupa susunan batu sandar yang terdiri dari batu sandar dan landasan
untuk duduk. Susunan batu sandar tersebut diletakkan di tanah sehingga
membentuk denah persegi. batu sandar ini terbuat dari batu andesit. Batu
tersebut telah mengalami sedikit pengerjaan. Batu batikam berupa batuan andesit
bentuknya segi tiga dan berlubang di bagian tengah. Lubang tersebut menembus di
kedua sisi batu. Batu ini berukuran tinggi 55 cm, tebal 20 cm, dan lebar 45 cm.
Batu ini ditempat dalam susunan batu yang telah disemen (dibuatkan kemudian),
dengan posisi yang bagian runcingnya berada di bawah.
Gambar 3.2. Medan Nan Bapaneh sumber foto indra ghupa advertising
Medan
Nan Bapaneh, yaitu tempat duduk bermusyawarah dalam masyarakat Minangkabau yang
sudah mulai berkembang pada zaman pra sejarah, khususnya di zaman berkembangnya
tradisi menhir di Minangkabau dan keadaan ini sudah berlangsung semenjak
sebelum abad masehi. Bahwa ketika sekelompok nenek moyang telah menemukan tempat
bermukim, yang pertama-tama ditetapkan atau dicari adalah suatu lokasi yang
dinamakan gelanggang. Di gelanggang ini dilakukan upacara, yaitu semacam
upacara selamatan untuk menghormati kepala suku atau pemimpin rombongan yang
telah membawa mereka ke suatu tempat bermukim. Sebagai tanda upacara
didirikanlah Batu Tagak yang kemudian kita kenal sebagai menhir. Batu Tagak ini
kemudian berubah fungsi, sebahagian menjadi tanda penghormatan kepada arwah
nenek moyang dan sebahagian tempat bermusyawarah yang kemudian kita kenal
dengan nama Medan nan Bapaneh
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sumatera
Barat memiliki berbagai macam peninggalan bersejarah. Diantaranya adalah Nagari
Pariangan yang dinobatkan sebagai salah satu desa terindah di dunia disana.
Batu
Batikam atau Batu Ditusuk adalah batu yang berlubang menurut tambo batu
tersebut berlubang akibat tusukan keris dari datuak Parpatiah nan Sabatang.
4.2 Saran
Daerah
kita diakui oleh masyarakat nusantara hingga mancanegara karena berbagai macam
objek wisatanya. Oleh karena itu sudah selayaknya kita melestarikan dan menjaga
objek peninggalan daerah kita tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ghupaindraadvertising.blogspot.co.id/2016/01/medan-nan-bapaneh-taman-ngarai-maharam.html
diakses pada 25 Oktober 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Batikam
diakses pada 25 Oktober 2017
1 comments so far
EmoticonEmoticon