Friday, August 4, 2017

Makalah Sejarah Sebelum Tulisan dan Terbentuknya Kepulauan di Indonesia

Hai teman-teman sudah lama saya tidak posting makalah, karena banyaknya tugas siswa SMA Kelas X tentang makalah Sejarah Sebelum Tulisan dan Terbentuknya Kepulauan di Indonesia, maka saya tergerak untuk membuatnya. Berikut tampilannya!


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Zaman sebelum mengenal tulisan atau biasa disebut dengan zaman Pra – Aksara. Pra memiliki arti sebelum dan Aksara berarti tulisan. Zaman Pra Aksara atau zaman sebelum mengenal tulisan atau Nirleka merupakan istilah yang sering digunakan untuk menuju pada masa dimana catatan yang tertulis bemum tersedia, hal ini berarti zaman Pra Aksara ini merupakan masa sebelum ditemukannya tulisan atau sebelum manusia dan makhluk bumi mengenal tulisan. Setiap wilayah memiliki masa pra aksaranya tersendiri seperti Mesir kuno yang berakhir pada 3000 tahun sebelum masehi pertama kalinya ditemukan peninggalan sejarah tertulis berupa huruf hiorogliph, sedangkan di Indonesia sendiri peninggalan sejarah tertulis yang memiliki usia paling tua ditemukan pada prasasti yupa peninggalan kerajaan Hindu Kutai pada abad ke 5 atau sekitar 400 an Masehi.

Ketika tidak adanya atau tidak ditemukannya peninggalan sejarah berupa tulisan, maka sumber sejarah untuk mengungkap keberadaannya dapat diketahui dengan peninggalan sejarah berupa artefak atau fosil.


1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan sebelum mengenal tulisan?
2. Bagaimana proses terbentuknya kepulauan Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjabarkan dan menjelaskan gambaran keadaan sebelum mengenal tulisan.
2. Untuk menjabarkan dan menjelaskan proses terbentuknya kepulauan Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

Pada dasarnya, semua manusia awalnya buta tulisan (tidak bisa menulis dan membaca). Namun, sesuai dengan perkembangan otak manusia dan peradaban, manusia akhirnya bisa menulis dan membaca. Berkaitan dengan tulisan ini, maka kehidupan manusia dalam ilmu sejarah (ilmu yang mempelajari kehidupan masa lalu manusia) dapat dibedakan atas masa Praaksara dan masa Sejarah. Untuk materi kali ini, kita akan berbicara tentang masa praaksara.

2.1 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan
"Praaksara" adalah istilah baru untuk menggantikan istilah "prasejarah". Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia sebelum mengenal tulisan dianggap kurang tepat. Kata "prasejarah" terdiri atas dua kata, yaitu kata "pra" artinya sebelum dan kata "sejarah" yang bermakna aktivitas manusia di masa lalu. Jadi, kata prasejarah bermakna sebelum ada aktivitas manusia. Padahal pada kenyataannya, manusia pada saat itu sudah memiliki sejarah dan kebudayaan, meskipun belum mengenal tulisan.

Adapun kata "praaksara" juga terdiri atas dua kata, yaitu "pra" dan "aksara". Kata "pra" berarti sebelum, sedangkan kata "aksara" berarti tulisan. Dengan demikian, praaksara dapat didefinisikan sebagai masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Oleh karena itu, prasejarawan sepakat untuk lebih menggunakan kata praaksara daripada menggunakan kata prasejarah untuk mengungkap kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Selain prasejarah, ada istilah lain yang mirip dengan arti praaksara, yaitu nirleka. Kata "nir" artinya tanpa dan kata "leka" artinya tulisan.

Awal mula peradaban manusia dimulai dengan banyak keterbatasan hingga semakin hari semakin sempurna dan terus tambah sempurna. Namun tentunya karena pada zaman tersebut belum mengenal tulisan maka sejarahnya tentu kita dapatkan berdasarkan penemuan-penemuan yang berupa artefak-artefak yang tertimbun di dalam berbagai lapisan tanah. Bisa berupa perkakas untuk mengolah makanan, untuk berburu, dll sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan manusia purba dulu. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa tahap perkembangan Indonesia di zaman prasejarah atau sejarah Indonesia berikut penjelasannya.

2.1.1 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan Di Zaman Batu Tua

Zaman ini disebut juga dengan zaman Palaeolithikum. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada zaman ini kita dapat melihat kebudayaan pacitan dan kebudayaan Ngandong. Dua kebudayaan yang memiliki perbedaan dari alat-alat yang digunakan untuk membantu mereka dalam mempertahankan hidup. Benarkah Atlantis yang Hilang Ternyata Indonesia? Pada kebudayaan pacitan ditemukan peralatan yang berhubungan dengan berbagai jenis kapak. Mulai dari kapak genggam, kapak perimbas, dan kapak penetak. Sementara pada kebudayaan Ngandong yang ditemukan adalah berbagai perkakas yang berhubungan dengan flakes dan berbagai peralatan yang terbuat dari tulang.

Dari dua kebudayaan tersebut kita dapat menyimpulkan ciri kehidupan mereka yang hidup pada zaman ini adalah sebagai berikut:
  1. Melihat berbagai jenis kapak genggam yang bentuknya tidak beraturan dan tekstur yang kasar maka kita bisa mengetahui bahwa mereka belum memiliki rasa estetika. 
  2. Karena pada zaman ini belum ditemukan alat yang dapat digunakan untuk menggemburkan tanah maka dapat dipastikan bahwa pada zaman ini mereka belum mengenal bercocok tanam. 
  3. Tulang-tulang yang ditemukan sebagai perkakas menandakan bahwa pada zaman ini mereka bertahan hidup dengan cara yang sangat tradisional yaitu berburu dan makan buah-buahan serta berbagai jenis umbi. Itulah sebabnya mereka selalu berpindah ke tempat yang lain ketika persediaan makanan mereka sudah mulai habis atau dikenal dengan istilah nomaden 
  4. Mereka juga hidup di sekitar sumber air. Alasannya karena sumber air adalah area aman yang sudah pasti tersedia banyak hewan dan juga tumbuh-tumbuhan untuk menjadi makanan mereka.
  5. Masa perburuan yang berbahaya membuat mereka hidup berkelompok. 
  6. Mereka juga menemukan api yang bisa mejadi alat untu perlindungan mereka selain untuk mengolah bahan makanan yang akan mereka makan.
2.1.2 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan di Zaman Batu Tengah
Zaman ini dikenal juga dengan zaman Mesolithikum. Pada zaman ini perburuan dan pengumpulan makanan sudah dilakukan dengan cara yang lebih baik lagi. Hal ini dapat kita lihat dari kebudayaan Kjokkenmoddinger yang berarti “sampah dapur” dan Abris Sous Roche yang berarti “gua-gua” yang menjadi tempat tinggal mereka. Berdasarkan artefak-artefak yang ditemukan pada sepenggal perode zaman sejarah Indonesia sebelum mengenal tulisan ini maka kita dapat melihat ciri kehidupan mereka sebagai berikut:

  1. Dari Kapak Sumatera yang ditemukan dengan bentuk lebih beraturan dan halus pada kapak genggam maka dapat dipastikan pada zaman ini mereka sudah mengenal estetika. 
  2. Dari gundukan sampah dapur mereka yang tinggi menjadi petunjuk bahwa mereka sudah hidup menetap walaupun sifatnya sementara namun dalam kurun waktu yang cukup lama.
  3. Berbagai peralatan yang dtemukan di gua-gua menandakan bahwa gua-gua ini dijadikan tempat menetap mereka yang hidup pada zaman ini. 
2.1.3 Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan di Zaman Batu Muda
Zaman ini dikenal pula dengan Zaman Neolithikum. Pada zaman ini kehidupan mereka sudah mulai menyebar hingga berbagai artefak sudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Mulai dari Kapak persegi berleher yang ditemukan di Minahasa, perhiasan berbentuk kalung dan batu indah yang ditemukan di Jawa, Periuk Belaga yang ditemukan tidak hanya di Jawa tapi juga di Sumatera dan Sunda.

Dari peralatan yang digunakan oleh manusia pendukung zaman ini yaitu Austronesia dan Austro-Asia maka kita dapat menemukan ciri kebudayaan mereka:

  1. Dari penyebaran berbagai artefak pada zaman ini maka dapat dipastikan bahwa mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada tempat mereka tinggal. Mereka sudah tinggal menetap berkelompok di berbagai area di wilayah Indonesia. 
  2. Ditemukannya perkakas untuk bercocok tanam menandakan bahwa mereka sudah mengenal cocok tanam dan hidup dari hasi bercocok tanam untuk sumber makanan mereka selain hasil berburu.
  3. Dari hasil ciptaan mereka baik berupa benda-benda yang merupakan peralatan kerja, memasak hingga pakaian yang mereka buat menandakan bahwa mereka juga sudah mengenal rasa estetika. Tidak hanya fungsi yang mereka utamakan tapi juga keindahannya.
  4. Wujud rasa estetika yang mereka tunjukan terlihat jelas pada berbagai perhiasan yang ditemukan. Benda-benda yang dibuat tanpa fungsi pertahanan hidup melainkan untuk mempercantik diri.
2.2 Sejarah Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Bumi kita yang terhampar luas ini diciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta untuk kehidupan dan kepentingan hidup manusia. Di bumi ini hidup berbagai flora dan fauna serta tempat bersemainya manusia dengan keturunannya. Di bumi ini kita bisa menyaksikan keindahan alam, kita bisa beraktivitas dan berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup kita. Namun harus dipahami bahwa bumi kita juga sering menimbulkan bencana. Sebagai contoh munculnya aktivitas lempeng bumi yang kemudian melahirkan gempa bumi baik tektonis maupun vulkanis, bahkan sampai menimbulkan tsunami. Sebagai contoh tentu kamu masih ingat bagaimana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, di Papua dan beberapa di daerah lain, termasuk beberapa gunung berapi meletus. Bencana tersebut telah mengakibatkan ribuan nyawa hilang dan harta benda melayang.

Fenomena alam yang terjadi itu merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas panjang bumi kita sejak proses terjadinya alam semesta ratusan bahkan ribuan juta tahun yang lalu. Proses tersebut secara geologis mengalami beberapa tahapan atau pembabakan waktu. Berikut ini kita mencoba menelaah tentang pembabakan waktu alam secara geologis dan bagaimana Kepulauan Indonesia terbentuk.

Ada banyak teori dan penjelasan tentang penciptaan bumi, mulai dari mitos sampai kepada penjelasan agama dan ilmu pengetahuan. Kali ini kamu belajar sejarah sebagai cabang keilmuan, pembahasannya adalah pendekatan ilmu pengetahuan, yakni asumsi-asumsi ilmiah, yang kiranya juga tidak perlu bertentangan dengan ajaran agama. Salah satu di antara teori ilmiah tentang terbentuknya bumi adalah Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), seperti dikemukaan oleh sejumlah ilmuwan, seperti ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Jika digunakan teleskop besar Mount Wilson untuk mengamatinya akan terlihat ruang jagad raya itu luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu saat meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah.

Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja di antara tata surya yang mengisi jagad semesta. Di samping itu banyak planet lain termasuk bintang-bintang yang menghiasi langit yang tak terhitung jumlahnya. Boleh jadi ukurannya jauh lebih besar dari planet bumi. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu gugusan, meskipun antarbintang berjauhan letaknya di angkasa. Ada juga ilmuwan astronomi yang mengibaratkan galaksi bintang-bintang itu tak ubahnya seperti sekumpulan anak ayam, yang tak mungkin dipisahkan dari induknya. Jadi di mana ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Seperti halnya dengan anak-anak ayam, bintang-bintang di angkasa tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan bintang lainnya. Sistem alam semesta dengan semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing.

Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.

  1. Azoikum (Yunani: a= tidak; zoon= hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu.
  2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
  3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia(menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
  4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersierdan Quarter). Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.
Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan fauna yang masih sangat kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani evolusi terus-menerus untuk menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang biak mengikuti seleksi alam.

Gugusan kepulauan ataupun wilayah maritim seperti yang kita temukan sekarang ini terletak di antara dua benua dan dua samudra, antara Benua Asia di utara dan Australia di selatan, antara Samudra Hindia di barat dan Samudra Pasifik di belahan timur. Faktor letak ini memainkan peran strategis sejak zaman kuno sampai sekarang. Namun sebelum itu marilah kita sebentar berkenalan dengan kondisi alamnya, terutama unsur-unsur geologi atau unsurunsur geodinamika yang sangat berperan dalam pembentukan Kepulauan Indonesia.

Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.

Gambar lapisan bumi

Keterangan Gambar : 
Lapisan bumi, mulai dari bagian inti dalam sampai bagian kerak bumi.Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempenglempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu.

Pada masa Paleozoikum(masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.

Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosensekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.

Gambar Bumi
Keterangan Gambar :
Pada Kala Eosen (sekitar 55 juta tahun yang lalu) sebagian Kepulauan Indonesia (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan) masih berada dan menyatu dengan Benua Eurasia di utara, sedangkan sebagian kepulauan lainnya (Papua) masih menyatu dengan Benua Australia di Selatan.

Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.

Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari bangsabangsa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut denganIndo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.

Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan manusia di muka bumi dimulai pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es karena selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara. Peristiwa itu terjadi karena panas bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika ukuran panas bumi turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka es akan mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial. Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan berbagai perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian mempengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini.


Keterangan Gambar : Peta Zoogeografi Kepulauan Indonesia

Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan berpikirnya. Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia memiliki temuan bermacam-macam jenis manusia purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke-19 para ilmuwan tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan. Mempelajari masa Praaksara memiliki arti yang penting bagi bangsa Indonesia sebagai berikut. Untuk menuju sama Sejarah dari masa Praaksara pasti diperlukan suatu proses dan tahapan. Saat menuju tahap masa Sejarah, umumnya dicirikan dengan munculnya tulisan tentang suatu masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu, tetapi tulisan tersebut tidak berasal dari bangsa itu sendiri. Sumber tertulis bisa juga berasal dari wilayah atau bangsa itu sendiri, namun sumber tersebut belum bisa dibuka atau ditafsirkan. Masa ini sering disebut masa Proto Sejarah.

3.2 Saran
Menumbuhkan kesadaran tentang asal usul manusia, Semakin berbudaya seseorang atau masyarakat, maka semakin dalam kesadaran kolektifnya tentang asal usul tradisi. Manusia yang melupakan budaya bangsanya akan mudah terombang ambing oleh terapan budaya asing sehingga dapat menghilangkan jati dirinya. 

Kita bisa belajar dari capaian terbaik para pendahulu kita manusia tidak selamanya berhasil dalam mengarungi kehidupan ini. Kegagalan demi kegagalan juga sering dihadapi. Hal yang terpenting adalah bagaimana bisa bangkit atau mampu mengatasi kegagalan yang terjadi sehingga dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. Sejarah Indonesia.2014.Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang
http://belajar-sejarahindonesia.blogspot.co.id/2015/12/zaman-sebelum-mengenal-tulisan.html diakses tgl 4 Agustus 2017
http://sejarah-smu.blogspot.co.id/2014/08/proses-terbentuknya-kepulauan-indonesia.html diakses tgl 4 Agustus 2017

3 comments

This comment has been removed by a blog administrator.
This comment has been removed by a blog administrator.
This comment has been removed by a blog administrator.


EmoticonEmoticon