Sunday, May 3, 2015

Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos

A. Pengertian Pengomposan dan Kompos
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi (Isroi. 2008). Bahan organik tersebut dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dalam proses pengomposan. Pengelolaan sampah menjadi kompos dalat dilakukan pada sumbernya, misalnya mengolah sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami pelapukan karena ada interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan Baku kompos dapat berupa sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah pasar, dan juga kotoran ternak.
Dibawah ini ada beberapa jenis kompos:
Kompos Organik Jerami
Kompos Organik Daun-daunan
Kompos Organik Kotoran Hewan
a. Mikroorganisme yagn berperan dalam pengomposan
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan adalah dari kelompok bakteri dan jamur. Bakteri berperan pada tahap awal pengomposan, sedangkan jamur bekerja pada tahap akhir. Bakteri mengurai bahan organik dengan mengeluarkan ekskret dan mengonsumsi bahan yang telah terurai tersebut. Sedangkan jamur memiliki hifa yang dapat masuk ke dalam bahan organik seperti lignin dan selulosa, dan menguraikannya secara kimiawi maupun fisik, hifa jamur menghancurkan bahan organik menjadi bagian kecil dan menjadi lapuk.

b. Proses Pengomposan

Proses pengomposan adalah proses perubahan yang terjadi dari bahan organik menjadi humus yang siap pakai sebagai pupuk bagi tanaman. Proses pengomposan dapat terjadi secara ilmiah dan buatan. Secara alami pengomposan berlangsung lama dan lambat. Sebaliknya, secara buatan kita dapat mengatur dan mengontrol proses pengomposan lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, membei air cukup, mengatur aerasi, dan menambah aktivator pengomposan.
Pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses pengomposan secara sederhana terdiri atas dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.
Selama tahap-tahap awal proses, suhu, pH tumpukkan kompos akan meningkat dengan cepat. suhu akan meningkat hingga diatas 50 derjat - 70 derjat Celcius. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik. yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/ penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagaian besar bahan telah terurai, suhu berangsur-angsur mengalami penurunan.

c. Tahapan Pengomposan
1) Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.

2) Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.

3) Penyusunan Kompos
a) Bahan Organik yang telah melewati tahapan pemilahan dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
b) Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi - 2m x 12m x 1,75m.
c) Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.

4) Pembalikan
Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan , memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan disetiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membatu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

5) Penyiraman
a) Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering(kelembaban kurang dari 50%).
b) Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
c) Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jikaa sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukkan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.

6) Pematangan
a) Setelah pengomposan berjalan 30-40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
b) Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna cokelat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.

7) Penyaringan
a) Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
b) Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.

8) Pengemasan dan Penyimpanan
a) Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
b) Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan.

Kriteria Kompos yang baik diantaranya:
a) Berwarna cokelat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.
b) Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi.
c) Nisbah C/N sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan derajat unfikasinya.
d) Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.
e) Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau

d. Manfaat Kompos
Menurut Isroi (2008) manfaat kompos dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1) Aspek Ekonomi:
a) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
b) Mengurangi volume/ ukuran limbah
c) Memiliki nilai jual yang tinggi dari pada bahan sampah dasarnya.

2) Aspek Lingkungan:
a) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
b) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

3) Aspek bagi tanah/ tanaman:
a) Meningkatkan kesuburan tanah
b) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
c) Meningkatkan kapasitas serap air tanah
d) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e) Meningkatkan retensi/ ketersediaan hara di dalam tanah.

2 comments

saya juga pernah coba membuat pupuk organik ini... lumayan sob, apa lagi di kampung pasti banyak yang beli...

Iya mas, pupuk organik selain ramah lingkungan juga muda diproses dan banyak manfaatnya.


EmoticonEmoticon